Menurut
Holsapple dan Joshi (2004), Knowledge Management (KM) dianggap sebagai suatu
entitas yang sistematik yang berupaya untuk memperluas, mengolah dan menerapkan
pengetahuan yang tersedia dengan cara memberikan nilai tambah pada entitas
dalam mencapat tujuannya.
Secara
umum, manajemen pengetahuan (knowledge management) ialah suatu
rangkaian kegiatan yang digunakan oleh organisasi atau perusahaan untuk
mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan
untuk digunakan kembali, diketahui, dan dipelajari di dalam organisasi.
Kegiatan ini biasanya terkait dengan objektif organisasi dan ditujukan untuk
mencapai suatu hasil tertentu seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja,
keunggulan kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih tinggi.
Pengertian
knowledge management menurut Tobing (2007) yaitu pengelolaan knowledge
perusahaan dalam menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan
keunggulan kompetitif yang berkesinambungan (sustainable competitive advantage)
dalam mengoptimalkan proses penciptaan, pengomunikasian dan pengaplikasian
semua knowledge yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan bisnis. Dari
pernyataan tersebut KM harus mendukung
tujuan jangka panjang institusi untuk senantiasa memiliki keunggulan kompetitif
yang berkesinambungan.
Wiig
(1999) berpendapat bahwa fokus manajemen knowledge adalah penentuan,
pengorganisasian, pengarahan, memfasilitasi, dan pemantauan knowledge-terkait
dengan praktik dan aktivitas yang diperlukan untuk mencapai strategi dan tujuan
organisasi yang diinginkan. Meskipun definisinya berbeda-beda, dapat ditarik
pengertian bahwa knowledge management menekankan:
- Adanya usaha yang serius untuk meningkatkan sistem kognisi (organisasi, manusia, teknologi, atau gabungan manusia dan teknologi).
- Adanya aset-aset knowledge yang dikelola, yang berasal dari dalam dan luar organisasi, individu atau kelompok.
- Adanya proses pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan knowledge tersebut untuk mencapai tujuan tertentu.
- Adanya penyebaran knowledge dan pengalaman baik melalui akses langsung ke database maupun melalui sharing dan kolaborasi ke lingkungan internal dan eksternal organisasi.
- Adanya kreativitas dan inovasi menciptakan knowledge baru.
- Adanya pengelolaan penciptaan knowledge (knowledge creation) dan pengorganisasian knowledge
SEJARAH
KNOWLEDGE MANAGEMENT
KM upaya memiliki sejarah yang
panjang, untuk memasukkan on-the-job diskusi, magang formal, forum diskusi,
perpustakaan perusahaan, pelatihan profesional dan program mentoring. Baru-baru
ini, dengan peningkatan penggunaan komputer di paruh kedua abad ke-20, adaptasi
teknologi yang spesifik seperti basis pengetahuan, sistem pakar, pengetahuan
repositori, sistem pendukung keputusan kelompok, intranet, dan kerjasama yang
didukung komputer telah diperkenalkan untuk lebih meningkatkan upaya tersebut.
Pada tahun 1999, istilah manajemen
pengetahuan pribadi diperkenalkan yang mengacu pada manajemen pengetahuan pada
tingkat individu.
Dalam hal perusahaan, koleksi awal
studi kasus mengakui pentingnya pengetahuan dimensi manajemen strategi, proses,
dan pengukuran. Kunci pelajaran termasuk: orang-orang, dan budaya yang
mempengaruhi perilaku mereka, adalah satu sumber daya paling penting bagi
penciptaan pengetahuan yang sukses, diseminasi, dan aplikasi; kognitif, sosial,
dan proses belajar organisasi sangat penting untuk keberhasilan strategi manajemen
pengetahuan; dan pengukuran, benchmarking, dan insentif sangat penting untuk
mempercepat proses belajar dan untuk mendorong perubahan budaya. Singkatnya,
program manajemen pengetahuan mengesankan dapat menghasilkan manfaat bagi
individu dan organisasi jika mereka terarah, konkret, dan tindakan-oriented.
Baru-baru ini dengan kedatangan Web
2.0, konsep manajemen pengetahuan yang telah berkembang menuju visi lebih
didasarkan pada partisipasi rakyat dan munculnya. Baris ini disebut evolusi
Enterprise 2.0 (McAfee 2006). Namun, ada perdebatan dan diskusi yang
berkelanjutan (Lakhani & McAfee 2007), apakah Enterprise 2.0 hanyalah
sebuah mode yang tidak membawa sesuatu yang baru atau berguna atau apakah itu,
memang, masa depan pengetahuan manajemen.
KNOWLEDGE
MANAGEMENT SYSTEM
KM
akan lebih baik dipahami ketika konsep memori organisasi (OM) dan organisasi
pembelajaran (OL) dimasukkan. Jenex dan Olfman (2002) mengemukakan bahwa tiga
bidang tersebut saling terkait dan memiliki dampak terhadap efektivitas
organisasi. Efektivitas organisasi adalah seberapa baik organisasi tersebut
beraktivitas untuk membuat organisasi lebih kompetitif. OL adalah proses yang
digunakan organisasi untuk belajar membuat aktivitas menjadi lebih baik. OL
akan berhasik jika penggunanya memanfaatkan pengetahuan.
Knowledge
Management System adalah system yang diciptakan untuk memfasilitasi
penangkapan, penyimpanan, pencarian, transfer dan penggunaan kembali
pengetahuan. Alavi dan Leidner (2001) mendefinikan KMS sebagai “IT (Information
Technology)-based systems developed to support and enhance the organizational
processes of knowledge creation, storage/retrieval, transfer, and
application.”. Tidak semua KM di implementasikan dengan IT, namun keberadaan IT
menjadi enablerimplementasi KM.
Alavi
dan Leiner (2001) mengklasifikasikan KMS berdasarkan siklus hidup knowledge
yang terdiri dari empat tahap yaitu tahap pembuatan knowledge, penyimpanan dan
pemanggilan knowledge, transfer knowledge, aplikasi knowledge.
Marwick
(2001) mengklasifikasikan KMS berdasarkan suatu model yang dibuat oleh Nonaka
(1994) yaitu Sosialisasi, Ekstrenalisasi, kombinasi dan internasionalisai
(SECI)
Borghoff
dab Pareschi(1998) mengklasifikasikan KMS berdasarkan arsitektur manajemen yang
terdiri dari empat kelas komponen yaitu
repositories dan libraries, komonitas knowledge worker, knowledge
mapping dan knowledge flows.
Hahn
dan Subramani (2001) mengklasifikasikan knowledge berdasarkan sumber yang
disupport yaitu artifak terstruktur, individual terstruktur, artifak tidak
terstruktur dan Individual tidak terstruktur.
Binney
(2001) mengklasifikasikan KMS berdasarkan spectrum knowledge. Spektrum ini
merepresentasikan batasan dari suatu tujuan, dapat berupa transaksional KM,
analitikal KM, basis proses KM, pemgembangan KM , inovasi dan kreasi KM.
Zack
(1999) mengklasifikasikan KMS secara integrative sebagai fasilitas transfer
knowledge eksplisit dan secara interactive sebagai fasilitas media transfer
tacit knowledge.
Hal
yang perlu dicermati adalah pengukuran model sukses dari KMS. Turban dan
Aronson (2001) mengemukakan tiga hal sebagai berikut:
- Menyediakan basis value bagi perusahaaan
- Menstimulasi management agar focus pada hal-hal yang penting
- Menjustifikasi investasi dari aktivitas KM
- Dua pendekatan dasar yang digunakan untuk menentukan keberhasilan knowledge management:
- Pertama dilihat pada efektifitas implementasi proses KM sebagai indicator sukses pelaksanaan, dengan harapan bahwa proses yang efektif akan mengarah pada penggunaan pengetahuan. Metode pendekatan ini akan mengidentifikasi keberhasilan penerapan KM dari faktor sukses nya
- Kedua dengan melihat dampak dari pelaksanaan KM atau KMS, dengan harapan bahwa jika ada dampak dari menggunakan pengetahuan, maka implementasi KM atau KMS berhasil.
PENCIPTAAN DAN
PENGEMBANGAN KNOWLEDGE
Penciptaan pengetahuan melibatkan lima
langkah utama, Von Krogh, Ichiyo serta Nonaka
mengemukakan bahwa penciptaan pengetahuan
organisasional terdiri dari lima langkah utama yaitu:
Berbagi
pengetahuan terbatinkan,
Menciptakan
konsep
Membenarkan
konsep,
Membangun
prototype, dan
Melakukan
penyebaran pengetahuan di berbagai fungsi dan tingkat di organisasi.
Skyrme
membedakan siklus inovasi dan siklus knowledge management seperti yang terlihat
pada Gambar dibawah
Siklus knowledge management mempunyai
kelebihan dalam hal
pengkategorian, pengoraganisasian
dan penyimpanan, deseminasi,
dan kemudahan untuk
diakses. Dengan demikian siklus
konsep yang dibangun atas knowledge management jauh lebih baik dan lebih
mendorong terjadinya inovasi dibandingkan dengan siklus inovasi itu sendiri.
No comments:
Post a Comment